Jumat, 27 Agustus 2010

Alam Memberikan Ketenangan yang Luar Biasa

Kulangkahkan kakiku ke daratan pasir yang belum pernah kupijak sebelumnya itu. Kuhirup udara yang sejuk, segar, sangat berbeda dengan udara Jakarta yang entah sudah terkontaminasi zat-zat apa saja. Setelah meyakinkan hidungku mulai terbiasa dengan udara yang sehat ini, aku mulai menyebarkan pandanganku ke sekitar, dan apa yang ku dapat?

Wow, mataku sangat menyukai pemandangan ini, begitulah pikiranku berkata. Disekitarku terhampar pemandangan yang sangat menakjubkan. Pegunungan pasir dengan warna kehijauan dibelakangnya. Sungguh pemandangan yang ............. Tak tahu bagaimana aku mengucapkannya. Sungguh ciptaan Tuhan yang sangat sempurna.

Aku mulai melangkahkan kakiku, berharap dapat menuju puncaknya. Kakiku melangkah dengan ringan, santai. Sepertinya ia bekerja sama dengan mataku yang tak bosan-bosan menikmati pemandangan disekitar. Kalau menikmati kenapa tidak diabadikan, tiba-tiba pikiranku berkata. O iya aku hampir lupa. Sayang sekali kalau aku sudah jauh-jauh kesini tanpa mengabadikannya. Kan biosa aku simpan dan aku lihat lagi kalau bosan dengan suasana Jakarta yang membuat orang stressssss.......

Satu jam kemudian, kelelahan mulai menderaku, dan langkahku pun semakin perlahan. Tapi tak masalah, aku rasa aku memiliki cukup waktu untuk menikmati surga didepan mataku sesuka hati. Aku sejenak melepas lelahku dengan duduk dan meminum air yang kubawa. mengelap keringatku yang menetes.

Setelah puas aku melanjutkan kembali perjalananku yang masih cukup panjang. Aku bertemu dengan penduduk setempat yang melangkah turun.aku menyapa mereka, dan merekapun tersenyum. Tanpa segan aku meminta ijin untuk mengambil gambar mereka dengan latar belakang pemandangan tempat mereka diami.

Aku mengobrol sejenak, bertanya tentang daerah itu menggunakan bahasa nasional, bahasa Indonesia. Nah itu pentingnya bahasa nasional, dapat menghubungkan satu orang di daerah yang satu dengan yang lain. Setelah mengucapkan terima kasih, aku kembali melanjutkan perjalanan.

Berjam-jam telah aku lewati dengan berjalan. dan akhirnya aku menyentuh puncak dari gunung tersebut. Tidak sia-sia aku7 menguras energi hingga sampai ke puncak. Jika dibawah tadi a bilang pemandangan yang menakjubkan dan selanjutnya tidak bisa berkata-kata. Sekarang aku benar-benar tidak bisa berkata-kata.....
Jadi bisa kalian pikirkan semenakjubkannya pemandangan yang aku lihat ini.

Aku duduk dan memandang hamparan alam disekitar. Ketenangan pun menghinggapi diriku. Tiba-tiba aku melupakan rasa lelah yang kudapat saat aku menuju kesini, dan sejenak aku dapat melupakan semua beban yang sedang melanda hidupku.

Sekarang aku mengerti, tidak perlu harta yang banyak untuk hidup bahagia. Tidak perlu menjadi seseorang yang modis untuk mendapatkan ketenangan hidup. Saat aku berbincang dengan penduduk asli sini, aku dapat menangkap kebahagiaan dan ketenangan dalam dirinya. Padahal ia hanya seseorang yang berasal dari desa terpencil, yang mungkin nama desanya pun tidak tercantum di peta. Hidupnya, mimpinya sangatlah sederhana, bersatu dengan alam yang menakjubkan, ia dapat dengan mudah bersyukur atas hidupnya di setiap hari.

Thank you God for everything....

Selasa, 24 Agustus 2010

Liukan DIatas Panggung Itu


Cahaya remang-remang di panggung itu tidak membuat mata penontong berpaling.
Penontong bertanya-tanya apa yang dipersembahkan oleh sang seniman.

Tak berapa lama dari ujung panggung mulai terdengar musik dimainkan yang dilanjutkan dengan adanya gerakan yang nyaris tak nampak.
Gerakan perlahan yang jika dilihat dengan seksama penonton akan mulai terbiasa dengan cahaya remang-remang.
Sang seniman tiada hentinya melakukan gerakan dengan tubuhnya.
Tubuhnya bagai karet yang dengan mudahnya diliukkan.
Liukan-liukan tersebut mengartikan sesuatu dalam cerita bisu yang dipersembahkan lewat tarian.
Bukan liukan erotis.
Liukan itu memiliki pesan yang dalam.

Liukan itu begitu indahnya, hingga penonton pun terdiam.
Mata penonton nyaris tidak berkedip dari awal hingga akhir pertunjukkan.
Pada akhir pertunjukkan sang seniman perlahan-lahan menghilang ke ujung panggung dan tirai tertutup.

Saat itulah penonton sadar bahwa pertunjukkan yang membius mereka telah berakhir.
Serontak penonton berdiri dan tanpa basa-basi bertepuk tangan tanda puasnya atas pertunjukkan.

Itulah keindahan yang terangkum dalam seni....