Selasa, 24 Agustus 2010

Liukan DIatas Panggung Itu


Cahaya remang-remang di panggung itu tidak membuat mata penontong berpaling.
Penontong bertanya-tanya apa yang dipersembahkan oleh sang seniman.

Tak berapa lama dari ujung panggung mulai terdengar musik dimainkan yang dilanjutkan dengan adanya gerakan yang nyaris tak nampak.
Gerakan perlahan yang jika dilihat dengan seksama penonton akan mulai terbiasa dengan cahaya remang-remang.
Sang seniman tiada hentinya melakukan gerakan dengan tubuhnya.
Tubuhnya bagai karet yang dengan mudahnya diliukkan.
Liukan-liukan tersebut mengartikan sesuatu dalam cerita bisu yang dipersembahkan lewat tarian.
Bukan liukan erotis.
Liukan itu memiliki pesan yang dalam.

Liukan itu begitu indahnya, hingga penonton pun terdiam.
Mata penonton nyaris tidak berkedip dari awal hingga akhir pertunjukkan.
Pada akhir pertunjukkan sang seniman perlahan-lahan menghilang ke ujung panggung dan tirai tertutup.

Saat itulah penonton sadar bahwa pertunjukkan yang membius mereka telah berakhir.
Serontak penonton berdiri dan tanpa basa-basi bertepuk tangan tanda puasnya atas pertunjukkan.

Itulah keindahan yang terangkum dalam seni....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar