Senin, 06 September 2010

Kehidupan Diandaikan Sebatang Lilin

Kalau ada yang bilang apa kehidupan itu, pasti akan banyak jawaban yang beragam.
Atau ada yang bingung menjawabnya.
Kata dari kehidupan memang cukup sederhana tapi memiliki banyak arti yang berbeda pada setiap orang.

Selama beberapa lama aku menjadi orang yang bingung, stress, dsb yang saat ini pun masih bingung aku ungkapkan apa kata yang cocok untuk dituliskan.
Jika aku diberi pertanyaan apa  kehidupan itu pada saat itu, pasti aku menjadi kelompok orang yang bingung menjawab pertanyaan itu.

Tapi saat kemarin aku melihat jejeran lilin dengan seorang di depan di setiap lilinnya, terbesit dalam pikiranku bahwa kehidupan itu seperti sebuah lilin.

Kenapa?

Lilin sebelum dibakar berwarna putih termasuk sumbunya. (lain halnya dengan lilin hias yang berwarna-warni, itu tidak termasuk disini)
Seperti pula manusia saat baru lahir, putih tanpa ada noda.

Lilin mulai dibakar dengan api.
Mulai ada warna merah dan kuning pada api.
Seperti manusia yang menandakan dimulainya kehidupan.
Kehidupan yang indah.

Tiba-tiba ada sedikit angin.
Api sedikit tergoncang, tetapi tidak mati.
Manusia memiliki masalah dalam hidupnya.
Kehidupannya mulai ada goncangan kecil.
Manusia masih bertahan.

Angin mulai kencang.
Api pun tak kuat menahannya.
Akhirnya lilin mati.
Manusia memiliki masalah yang besar dan membuatnya terpuruk.
Kehidupan seakan-akan jahat baginya.

Lama sebentarnya lilin itu mati tergantung dari manusia.
Apakah dirinya telah sanggup menyelesaikan segala cobaan hidupnya?
Apakah dirinya telah sanggup berdiri kembali?
Apakah dirinya telah sanggup melangkah lagi?
Atau dirinya memilih hidup segan mati pun tak mau.

                                                        ............ hening ............

Lilin mulai menyala kembali.
Manusia mulai memikirkan kehidupannya kembali.
Berusaha melupakan yang telah lalu.
Mencoba menatap kedepan kembali dan melangkah.

Lilin akan tetap menyala dengan guncangan-guncangan kembali. bahkan sepat mati kembali dan nyala kembali, atau menyala dengan tenang.
Manusia melanjutkan perjalanan kehidupannya.
Ada yang disertai goncangan kecil lagi, ada goncangan besar lagi, atau tetap berjalan di jalan yang halus.

Lilin mati.
Bukan karena goncangan dan angin.
Mati karena habis.
Manusia tidak selamanya bertemu dengan kehidupan.
Manusia pada akhirnya akan bertemu dengan malaikatnya.
Malaikat yang menemaninya saat harus mengembalikan nyawa kepada Tuhan-nya.

Kehidupanku Bagaikan Lilin       

2 komentar:

  1. emmm bagus...bagus bagus...manusia hidup n akhirnya mati. kemudian hidup kembali, bkn di sini tp di alam berikutnya.

    gud job

    BalasHapus
  2. iy mb. tp klo dikehidupan selanjutnya itu bagi orang yang percaya dengan adanya reinkarnasi.
    ^_^

    BalasHapus