Senin, 11 Juni 2012

Semuanya Ada di Jakarta

Waktu sudah menunjukkan Pk 21.12 saat melihat jam silver yang melingkar di tangan kiriku.
"Mbak, pulang yuk", ajakku kepada Mbak Herni.

Kami pun pulang melewati jembatan penyeberangan yang melintasi kebawah salah satu jalan layang di Ibukota.

Memang benar bila dikatakan "semuanya ada di Jakarta".
Mulai dari  barang murah hingga mahal, bangunan kumuh hingga besi beton yang menjulang, manusia tanpa pendidikan hingga manusia berpendidikan tinggi, dan masih banyak lagi.

Salah satunya adalah yang aku lihat saat melewati jembatan penyeberangan itu.

Anak kecil berusia sekitar 2 tahun, gadis kecil berusia sekitar 6 tahun yang keduanya tertidur lelap.
Ada pula seorang perempuan yang menurutku usianya tidak lebih dari 25 tahun, dan seorang laki-laki setengah baya, mereka tampak asik mengobrol.

Mungkin pemandangan itu adalah hal yang biasa jika berada di tempat yang biasa pula.
Tetapi aktifitas yang tampak seperti kebanyakan keluarga kecil tersebut terjadi di bawah jalan layang, tepat disebelah shelter Trans Jakarta.

Sebuah pemandangan yang mengenaskan.
Kedua anak kecil itu tertidur hanya beralaskan selembar kardus.

Saat aku berpisah dengan Mbak Herni yang menggunakan jasa Trans Jakarta untuk pulang dan aku menggunakan metromini,pikiranku kembali melayang ke keluarga kecil tadi.
Mengingat sembari melihat jalanan yang masih padat dipenuhi dengan angkutan umum dan sebagian besar adalah kendaraan pribadi dan tentu rata-rata adalah kendaraan beroda empat dengan seri-seri diatas tahun 2005.

Melihat besi-besi beton yang telah menjadi gedung pencakar langit.
Dan menurutku si memang indah.
Para arsitek itu hebat, bisa mendesain bangunan dengan berbagai bentuk.
Dan salut juga untuk para kuli bangunan, yang terkadang mengesalkan karena mulutnya tak tahu sopan santun.

Sangat kontras memang.
Terlalu jauh jarak antara Si Kaya dan Si Miskin.
Masyarakat menengah seperti aku ini paling jumlahnya tidak sampai sebanyak si Kaya di Si miskin tersebut.

Entah siapa yang salah.
Sistem di negeri ini?
Atau perseorangannya?

Si Kaya karena dia giat dalam bekerja?
Si Miskin karena dia lebih banyak bermalas-malasan, hanya mengandalkan belas kasihan orang lain?

Entahlah....
Hanya Tuhan yang tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar